Jumat, 10 September 2010

Cerita cintaku

Cerita cintaku


Cerpen - INDAHNYA MASA KECIL

Posted: 09 Sep 2010 02:53 PM PDT

Cerpen - INDAHNYA MASA KECIL. Hallo teman-teman cerita cinta, yang pertama saya ingin mengucapkan Minal Aidzin Wal Fa Idzin, mohon maaf lahir dan batin, karena tapat pada hari ini kita (umat muslim) merayakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim, yaitu Idul Fitri. Ok, pada kesempatan kali ini saya ingin menyebarkan tulisan yang telah dikirim oleh salah satu teman cerita cinta yang bernama Titian Ratna Gumilang, silahkan baca tulisan yang menarik ini.

INDAHNYA MASA KECIL

Malam yang sunyi dengan angin yang dingin seraya menemani dua anak kecil berusia 6 tahunan yang sedang menikmati keindahan bintang.
"Kinan, kalo udah gede mau jadi apa?" Feri bertanya sambil menatap Kinan.
"Kalo aku mau jadi pilot!"
"Yang jadi pilot itu kan laki-laki, kamu kan perempuan! Mending kamu jadi perawat aja deh! Jadi perawat nenekku."
"Aku maunya jadi pilot! Aku nggak mau jadi perawatnya nenek kamu!" Kinan memonyongkan bibirnya ke depan, "Emangnya kamu mau jadi apa?"
"Aku mau jadi orang yang berguna di dunia ini. Bisa nyenengin Mamah, Papah, Nenek, kamu pasti besok juga bangga punya temen kayak aku."
"Ok, janji ya kamu bakal ngebanggain aku? Awas kalo boong!" kata Kinan sambil menggepalkan tangannya.
"Iya deh, kamu juga janji ya akan terus sama-sama aku sampe gede… jadi aku bisa buktiin ke kamu kalo aku bisa jadi yang terbaik…" Feri tersenyum pada Kinan lalu keduanya sama-sama mengangkat kelingking mereka, "Oh iya, kamu mau nggak jadi pacar aku? Jadi… kita akan terus bareng sampe gede nanti… kayak Mamah sama Papah aku…."

Cerpen - INDAHNYA MASA KECIL

"Okey, kita pacaran yah…" Kinan menggenggam tangan kecil Feri.
***

Lamunan Kinan buyar saat Nina, sahabatnya duduk di samping kirinya dan menawarkan segelas soft drink.
"Lo nggak ada kuliah hari ini?" tanya Nina sambil meneguk soft drink-nya.
Kinan menggeleng pelan.
"Kok masuk sih?"
"Males di rumah, mending ke kampus aja."
Lama-lama keduanya diam...
"Nin, menurut lo janji masa kecil itu masih berlaku nggak sekarang?" Kinan menatap Nina dan berharap ia mau memberi jawaban.
"Cie... teringat sama kisah masa kecil," goda Nina menyenggol lengan Kinan.
"Gue serius nih, Nin! Masih berlaku nggak?"
"Nggak mesti, lagipula itu kan udah berlalu... eh, emang siapa sih yang lo maksud?"
"Temen kecil gue! Dia pernah janji, dia bakal ngebuat gue bangga kalo udah gede. Tapi... nggak lama setelah dia ngucapin janji itu, dia ke luar negeri. Padahal dia sendiri yang nyuruh gue janji untuk selalu sama-sama dia, eh malah dia yang ninggalin gue, bahkan dia itu nembak gue. Dengan seenaknya karena masih kecil, gue jawab iya aja." Kinan menceritakan masa kecilnya pada Nina sambil tersenyum sendiri.
"Oww... So Sweet. Terus selama pisah, komunikasi kalian masih nggak?"
"Nggak tuh. Namanya juga masih kecil, 6 tahun gila! Masa, sekecil gitu udah bisa ngirim gue e-mail?"
"Iya juga sih eh, gue masuk dulu ya? Ada kuliah nih. Bye,"
***
Kinan membawa nampan berisi bakso dan segelas orange juice untuk ia lahap karna perutnya sedari tadi sudah minta untuk diisi. Dengan extra hati-hati ia membawa nampan itu, ketika Kinan hendak duduk, bola basket melayang ke arahnya dan nampannya pun tumpah ke lantai. Kinan menganga dan mendesah.
"Aduh-aduh sori, gue nggak sengaja. Tiba-tiba bola basket... "
"Stop-stop! Gue nggak butuh alasan, sekarang bersihin nih piring-piring! Awas kalo sampe nggak bersih!" potong Kinan lalu memesan lagi menu yang sama dan dibawanya ke meja tadi. Dilihatnya cowok itu sambil membersihkan kuah yang tumpah.
"Udah bersih! Asal lo tahu ya…"
"Oh, udah bersih yah? Thank deh. Udah untung lo nggak gue suruh ngganti nih makanan," potong Kinan lagi sambil melahap baksonya.
"Lo kira gue nggak mampu bayar semua makanan lo? Gue beli kantin ini pun sanggup! Sialan!" cowok itu ngacir meninggalkan Kinan yang tersenyum puas.
Setelah jam kuliah Nina selesai, Kinan menghampiri bocah itu yang lagi ngobrol dengan seorang cowok.
"Hei!" sapa Kinan pada Nina, lalu tatapannya beralih pada cowok di samping Nina yang ternyata cowok yang numpahin makanannya barusan.
"Lo lagi?" mereka hampir berbarengan.
"Lo kenal sama cowok ini?" Kinan beralih pada Nina yang tidak tahu letak persoalannya.
"Dia saudara tiri gue, namanya Eri. O ya Er, kenalin ini sahabat gue namanya Kinan," Nina memperkenalkan Eri pada Kinan.
"Kinan???" raut wajah Eri berubah saat mendengar nama Kinan.
"Kenapa? Lo kaget nama Kinan itu bagus?" Kinan tak mau kalah.
"Perasaan gue tadi nggak ngomong bagus? Aneh aja ada nama lucu," jawab Eri.
"Sssstt… kalian kenapa sih? Udah pada kenal ya? Nan, ini loch yang namanya Eri yang waktu itu gue ceritain. Mamahnya Eri itu Mamahnya gue sekarang. Dan dia baru aja pulang dari luar negeri trus nglanjutin kuliah disini,"
Kinan hanya mengangkat bahunya, lalu duduk di sebelah kanan Nina.
"Eh, lanjutin yang tadi donk!" desak Nina pada Kinan.
"Yang mana?"
"Cerita masa kecil lo!"
"Apa???" tiba-tiba Eri histeris dan menatap kedua cewek cantik itu.
"Urusan apa lo?" tanya Kinan galak.
"Geer amat sih lo! Eh, gue latihan dulu ya, Nin? Entar gue tunggu lo selesai kuliah deh." Ucapnya pada Nina.
Nina hanya tersenyum lalu beralih lagi pada Kinan, "Lo ada apa sih sama Eri?"
"Dia itu udah numpahin makanan gue tadi waktu di kantin! Nggak mau minta maaf lagi! Pake ngatain gue segala!" Kinan menceritakan setengah sebal.
"Oh, itu sih biasa! Eri emang anaknya kayak gitu, katanya sih semenjak Neneknya meninggal, terus ditambah lagi Papahnya selingkuh, ortu mereka akhirnya cerai dan nyokapnya menikah sama bokap gue. Dia jadi sering ngerokok,"
"Gue nggak mikiirin!"
***

Nina berada di mobil Eri, keduanya hanya diam, bingung harus memulai pembicaraan apa. Nina juga tidak begitu dekat dengan Eri. Baru juga ketemu satu minggu yang lalu
"Nin, Kinan itu sahabat lo?" Eri membuka pertanyaan.
"He-eh, dia temen gue sejak SMA."
"Dia punya cerita masa kecil? Ha…ha… tadi gue denger awal-awalnya."
Nina tertawa, "Iya, dia juga sempet nanya ke gue kalo janji masa kecil itu masih berlaku nggak sekarang, terus katanya dia ditembak sama temen kecilnya itu,"
Tiba-tiba aja Eri nge-rem mendadak. Nina pun melongo, "Ada apa, Er?"
"Enggak!" Eri seperti menyembunyikan sesuatu.
"Lo udah kenal Kinan sebelum gue ya?" Nina menyelidik.
Eri diam, Nina pun semakin bingung dengan tingkah Eri.
"Lo kenapa sih, Er? Naksir sama Kinan ya? Tenang aja gue bantuin deh."
"Bukan gitu, sebenernya……"
***

"KINAN!!!" Nina beteriak memanggil Kinan sambil berlari menghampirinya. semua orang pun menoleh pada Nina. Kinan pun terkejut melihat tingkah sahabatnya ini.
"Kenapa sih lo?"
"Nih liat, ada bingkisan buat lo! Cepet buka deh, siapa tahu aja dari temen kecil lo, " Nina bener-bener bersemangat menyuruh Kinan membuka bingkisan itu.
"Ngaco lo! Mana mungkin Feri bisa tahu kampus gue?"
"Udah cepet buka,"
Perlahan-lahan Kinan membuka kado itu, di lihatnya sebuah pesawat-pesawatan kecil. Kinan tersenyum, lalu ia mengambil memo yang berada di dalam kotak itu.

" Eh masih inget gue nggak? Ehm, sekarang lo masih pengin nggak jadi pilot, Nan? Gue tunggu lo di atap gedung kampus, sekarang!"

Kinan termenung, sebenernya ia sudah yakin kalo Feri lah yang mengirimkan semua ini. Siapa lagi yang tahu kalo dirinya dulu ingin sekali menjadi pilot?
"Iya kan?" Nina mengagetkan Kinan.
"Eh, lo kok tahu kalo ini dari temen kecil gue?"
Nina celingukan lalu menggaruk-garuk kepalanya, "Gue nggak tahu apa-apa kok,"
"Pasti ada sesuatu nih!" selidik Kinan.
"Nggak! Udah sana lo pergi ke atap,"
"Tuh kan! Buktinya lo tahu isi suratnya Feri, hayo… lo pasti dalangnya ya?"
"Oppss… hehe… cepet!!!" Nina mendorong Kinan lalu meninggalkannya.
***
Kinan kini sudah berada di atas atap kampus, tapi tak ada siapa-siapa disini. Kinan cemberut, harapannya pupus lagi untuk bertemu dengan Feri.
"Pasti Nina ngerjain gue, mana mungkin dia bener-bener dateng?" gumam Kinan hampir meneteskan air matanya.
"Siapa bilang?" terdengar suara cowok yang membuat Kinan ingin berbalik dan mengetahui siapa yang kini berada di belakangnya.
Namun, setelah Kinan berbalik, betapa kagetnya ia saat melihat seseorang yang sangat ia kenal berdiri di depannya. Eri.
"Ngapain lo disini?" Kinan merasa dirinya telah dipermainkan oleh Nina dan Eri.
"Mau nemuin temen kecil gue, opps… salah, maksudnya mau nemuin pacar kecil gue!" jawab Eri yang membuat Kinan menatapnya sengit.
"Lo pikir gue mau diboongin sama lo? Ini pasti kerjaan Nina kan? Dia pasti nyuruh lo untuk ngaku-ngaku jadi Feri, biar gue seneng?"
"Nan, gue bener-bener nggak tahu kehadiran gue bisa buat lo seneng. Maafin gue yang dulu pergi ninggalin lo, padahal gue punya janji untuk ngebuat lo bangga. Tapi gue pikir, udah nggak ada harapan lagi untuk nge-raih cita-cita gue, karna… nenek, nyokap-bokap gue udah nggak ada yang bikin gue ngebanggain mereka. Dan gue pikir, lo juga pergi ninggalin gue dan nggak inget lagi sama masa kecil kita… tapi ternyata gue salah, lo masih setia nunggu gue, dan gue ngajak lo kesini biar bisa liat bintang kayak dulu saat kita sama-sama ngucapin janji, meskipun ini siang tapi lo pasti bisa liat pesawat itu kan?" tangan Eri menunjuk kearah pesawat yang melintas di atas.
Kinan tak menjawab, ia hanya menunduk.
"Dari awal gue denger nama lo, gue jadi inget sama Kinan kecil yang dulu selalu main sama gue, bahkan waktu gue main sepak bola pun lo ikut-ikutan, meskipun jatuh!"
Kinan sadar, ia belum menceritakan semua ini pada Nina, jadi ia tak punya alasan untuk menuduh Eri atau Feri yang bukan-bukan.
"Kenapa lo ke luar negeri?" suara Kinan bergetar.
"Nyokap sama Bokap cerai, dan gue disuruh ngikut Nyokap. Lo tahu kan gue sayang banget sama mereka berdua? Pas gue tahu mereka bakal pisah, gue kalut banget, makanya gue nggak sempet pamit sama lo,"
"Lo Feri kecil gue?" Kinan menatap Eri mengelus wajahnya.
"Dan lo Kinan kecil gue?"
"Mana janjinya? Katanya mau ngebuat gue bangga?" tagih Kinan.
"Emmh, nih!" Eri mengeluarkan kristal berbentuk love dan bertuliskan 'I LOVE YOU'.
Kinan melongo.
"Meski ini nggak bikin bangga, tapi ini bisa bikin lo melongo!"
"Enak aja!" Kinan memukul lengan Eri.
" Eh, kalo dipikir-pikir kita sebenernya belum putus sejak umur 6 tahun lalu. Kita masih pacaran loh,"
"Emangnya iya? Dari dulu gue nggak pernah ngerasain pacaran sama lo,"
Eri tersenyum.
"Hmmm… Jadi jawabannya apa?"
"I love you too,"
Mereka tertawa di sela-sela tangis, lalu Eri mendekap tubuh Kinan dan mengayun-ayunkannya. Di saat itu juga, Nina datang sambil meniupkan terompet.
"Selamat ya? Ternyata Feri kecilnya Kinan itu Eri saudara gue! Kalo tahu gitu sih, gue kenalin Eri dari dulu aja biar Kinan nggak ngelamun terus!"
Mereka bertiga tertawa lepas, mereka semua telah menemukan kebahagiaan disana.
***
END
========

Penulis >>>

Nama : Titian Ratna Gumilang
Email : iand.pinky@yahoo.com
FB


0 komentar:

Create a Meebo Chat Room
Cinta © 2008 Por *Templates para Você*