Cerita cintaku |
Puisi Fiksi Linda Djalil Untuk Krisdayanti (KD) Posted: 22 Jul 2010 10:02 AM PDT Puisi Fiksi Linda Djalil Untuk Krisdayanti (KD). Puisi yang dibuat oleh linda djalil untuk kd ini bukan sekedar puisi biasa atau puisi cinta yang romantis seperti yang ada di blog cerita cinta ini. Puisi yang diawali kata-kata "Pipi..Pipi..Ini Mimi… Bukan Mimi yang Dulu Lagi…" ini membuat kd marah. KD sepertinya menjadi hot trend di Indonesia sekarang ini ya, dari berita Video Foto Kd (Krisdayanti) Dan Raul Lemos Ciuman dan lainnya, go KD go :D ,,,. Yuk kita baca puisi yang fenomenal ini. Puisi Fiksi Linda Djalil Untuk Krisdayanti (KD) "Pipi..Pipi..Ini Mimi… Bukan Mimi yang Dulu Lagi…." Pipi.. Pipi.. Mimi bingung sekarang.. Mengapa banyak mata terbelalak melihat hubungan ini, padahal Mimi hanya 'sekedar' ingin cinta-cintaan dan yayang-yayangan… Dengan lelaki yang Mimi anggap keren dahsyat luar biasa dan kelasnya jauh di atas Pipi… Pipi.. Pipi.. Mengapa bayaran yang aku terima begitu mahal, sampai menembus langitpun rasanya kelewat mahal, anak sudah tak Mimi punya Tepuk tangan meriah gemuruh dari depan panggung juga sepi rasanya ke mana mereka.. Menghilang.. Lenyap Bagai aku diludahi sampai ke bawah tanah.. Maka akupun mengumbar air mata, Pi.. Memohon ampun, maaf tiada tara Karena aku tak tahu lelaki hebat itu sudah berpunya Anak berderet, istri menanti Ah, tapi itu kan memang untuk konsumsi publik, Pi.. Sebab meski segala yang dijual di negeri ini kelewat mahal Masih ada yang murah.. Ya.. Ya.. Harga diri Dan rasa malu Betapa Mimi bisa mudah bersandiwara Dengan harapan segala lagu bisa dicintai lagi oleh semua manusia Tapi apakah semudah itu, paduka.. Sebab rasa malu yang murah itu juga sudah menjadi gulita Pipi.. Pipi.. Rumah sekarang sepi Lantai marmer cokelat muda yang dulu licin bagai padi bersemi sekarang tak lagi berseri Gelak tawa canda anak-anak tak terdengar lagi.. Pipi.. Pipi.. Mimi bingung sekali lagi Betapa bayaran yang harus ditebus mahal sekali Hati seorang ibu yang terguncang hingga tak kuasa lagi kuat berdiri Hingga jalanpun harus didorong kursi roda ke sana sini Tapi bagaimana aku bisa membatasi semua ini, Pi… Dorongan rasa dan hasrat besar tak terbendung lagi.. Melihat air mata dari seberang sana yang masih mengaku istri Rasanya hanya butir angin sayup-sayup dan aku sungguh tak perduli.. Pipi.. Pipi.. Wajahku yang cantik dipermak setrika habis ini Toh masih terlihat jauh lebih cantik dari si rambut panjang yang di samping Pipi menyanyi? Tapi mengapa menggebunya orang menawar manggung tiap hari Kepadaku sudah tak mampir lagi… Pipi.. Pipi.. Aku kadang tertawa di dalam hati Mampuslah semua orang kutipu dengan hati bernyanyi Kemarin minta maaf kini mengulangi kembali Air mata yang dulu bergulir ke pipi Kini bisa kuganti dengan adegan mesra tempel-tempelan pipi Sembari mengumbar sebentuk cincin yang melilitt di jari.. Agar dipertontonkan oleh layar televisi dan sengaja, agar gemuruh panas membara dari yang mengaku masih jadi istri kembali wajahnya tak sanggup berseri-seri.. Pipi.. Pipi.. Mimi memang bukan yang dulu lagi Sekali lagi, bukan Mimi yang dulu lagi.. Sebab aku berhak merebut kebebasan sampai tinggi sekali meluas merebak tanpa berpikir malu seribu kali apalagi mengedepankan nurani.. Ah.., itu kan semua ungkapan basi.. Memikirkan kejujuran dan nurani, gini hareeeee….? I am sorry goodbye Pipi.. Mimi akan selamanya pergi Meski diam-diam tak kuhindari rasa sakit hati.. Panik.. Panik sekali.. Kok jadi Pipi sekarang yang ke seluruh pelosok top sekali.. Bersama si rambut panjang yang cantik banget meski tanpa operasi..? Hi…hiiii…hi….air mata ini kembali bergulir deras sebutir nasi.. Aku sepi Pi… Sesungguhnya batinku sepi… Sepi sekali.. |
You are subscribed to email updates from Cerita Cinta To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar