Cerita cintaku |
Seberkas Cinta yang Hilang By Dwi Ningsih Posted: 28 Oct 2010 03:59 AM PDT Seberkas Cinta yang Hilang By Dwi Ningsih - ada cerita cinta menarik lagi nih, tulisan kali ini dikirim oleh dwi ningsih. Lansung aja silahkan baca ceritanya, and jangan lupa berkenalan dengan penulis dengan cara add facebooknya hehe. Seberkas Cinta yang Hilang By Dwi Ningsih Jantungku terasa berhenti berdetak. "Deg!" Entah benar, entah tidak. Ataukah hanya perasaanku saja. Perasaan ini asing bagiku. Tak pernah kurasakan perasaan aneh seperti ini. Sedetik kemudian jantungku justru berdetak kencang. "Dag dig dug dag dig dug dag dig dug……." Aku merasa orang-orang disekelilingkupun mendengar suara detak jantungku. Entah benar atau tidak. Seakan-akan ingin keluar dari dalam dada. Selang beberapa menit sebelum kedatangannya, detaknya semakin kencang. Seakan ingin berlomba dengan jarum jam yang saling berkejaran. "Siapa dia???" tanyaku dalam-dalam. Pertanyaanku tak segera terjawab. Dia hanyalah seorang pemuda yang salah masuk kamar inap sore itu. Sepertinya dia kebingungan mencari kamar inap entah saudara atau kamar inap temannya. "Maaf mbak." Ucapnya sambil tersenyum padaku yang saat itu sedang menjenguk temanku yang baru beberapa hari ini kecelakaan. Saat itu aku memang sendirian. Kedua orangtua temanku sedang mengurus biaya perawatannya yang hampir terbaring seminggu di rumah sakit karena kecelakaan. "Oh ya, nggak apa-apa mas." Pemuda itu terlihat celingukan dan berlalu meninggalkanku dan Aidha. "Sapa Sher?" "Tau tuh." jawabku asal. Aidha tersenyum simpul, sepertinya dia tahu ada yang tak beres dengan diriku. Entah kenapa insting yang dimilikinya begitu kuat. Ah, tak tahulah aku. "Dha, aku nyusul orangtuamu dulu ya?" Aidha mengangguk. Kemudian melanjutkan memejamkan matanya. Dari tadi matanya terpejam, namun tak juga bisa beristirahat. Nampaknya ada sesuatu yang dipikirkan Aidha. Dan mungkin hal tersebutlah yang menganggu konsentrasinya sampai-sampai kecelakaan ini bisa terjadi padanya. Tapi entahlah. Sesekali kulihat dahinya mengernyit. Aidha memang sedang banyak pikiran rupanya. @@@ "Gimana Pak? Sudah?" "Iya, sudah Mbak. Mari ke kamar Idha lagi. (Idha panggilan Aidha di keluarganya)." "Mari buk." Aku, Ibu dan bapak Aidha bergegas menuju kamar Aidha. Hari ini dia sudah diperbolehkan oleh dokter untuk keluar dari kamar rawat inapnya. "Alhamdulilllah......ayo Idha, kita pulang Nduk." Ucap Ibu sambil memapah Aidha jalan. Kecelakaan itu memang tidak membekaskan luka yang parah. Tapi entah kenapa Aidha seperti mengalami shock yang begitu hebat. Dan beberapa hari ini terlihat ada saja hal yang dipikirkan olehnya. Terlihat dari kebiasaannya melamun akhir-akhir ini. "Dha, kamu nggak apa-apa kan?" Aidha tersenyum, seperti biasanya. Senyum yang teduh. Senyum yang membuat aku betah 3 tahun ini bersahabat baik dengannya. "Aku nggak apa-apa kok Sher. Makasih ya sudah menemani aku di rumah sakit." "Iya Dha. Sama-sama." @@@ Aku masih saja terbayang wajah pemuda yang salah masuk kamar tadi. Tak pernah aku bertemu dengannya sebelumnya. Tetapi entah kenapa, aku merasa begitu mengenalnya. Detak jantung ini benar-benar mengenal sosok berkulit sawo matang dengan mata berkilauan yang kutemui di kawar rawat inap Aidha saat itu. mungkin inilah love at first sight yang aku tak pernah mempercayainya. Aidha tak sempat melihat wajah pemuda itu, begitupun sebaliknya. Begitu melihatku, pemuda itu benar-benar merasa yakin kalau ternyata dia salah kamar. Mungkin saja pasien yang dicarinya adalah seorang laki-laki yang masih lajang yang tidak mungkin ditemani dengan seorang wanita. "Astaghfirullah......kenapa wajahnya selalu terbayang ya Allah." "Apakah aku jatuh cinta? Tapi mana mungkin. Kenal atau bahkan tahu namanya saja tidak. Mana mungkin cinta itu tumbuh dalam hatiku sedetik begitu cepatnya. Ah, tahu apa aku ini soal cinta. Cinta adalah sesuatu abstrak yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Susah didefinisikan secara tepat. Perasaan yang aneh. Membuat orang tersenyum sendiri di tengah lamunannya. Membuat orang labil dan terkadang begitu sensitif dibuatnya. Aku bahkan sempat tak ingin bersinggungan dengan cinta. Tapi apa arti degupan jantungku yang begitu kencang pagi tadi kalau bukan cinta?". aku mengalami pergulatan batin yang begitu dahsyat. @@@ Aidha tampak ceria. Entah apa yang mengubah sahabatku dua hari terakhir ini. Aidha yang cantik dan selalu tersenyum simpul mendamaikan hati siapa saja yang ditemuinya. Wajahnya tampak berkilauan dengan sinar kebahagiaan yang tak pernah kulihat sebelumnya dari wajahnya selama 3 tahun terakhir ini. Ada apa dengan Aidha??? "Dha, ngapain kamu kok senyum senyum sendiri sih?" "Oh ya, Sher?" "Iya. Kenapa nih? Jatuh cinta kamu?" "Hahahaha. Mungkin." "Kok mungkin?" "Aku juga nggak tahu perasaan apa ini Sher? Aku dijodohkan seminggu sebelum aku kecelakaan." "Hah? Terus??" "Karena merasa tertekan dengan perjodohan itu aku ingin berontak. Emosiku sempat tak terkendali. Dan saat itu aku hampir menyerempet orang yang ternyata adalah orang yang dijodohkan denganku. What a small world kan?" "Kamu belum cerita soal ini sebelumnya Dha. Dan akhirnya kamu mencintai orang yang dijodohkan dengan kamu itu?" "Tepat. Mungkin, kalau memang yang kurasakan ini benar-benar cinta." "Kok bisa begitu Dha?" Aku menanyakan pertanyaan yang sama yang seharusnya kutanyakan pada diriku sendiri. Diriku yang kebingungan mengapa dengan pemuda itu aku langsung jatuh cinta. "Aku nggak tahu kenapa Sher. Ternyata aku mengenalnya. Dan dialah memang orang yang aku dambakan mendampingi sisa hidupku." "Aku kenal dia Dha?" "Sepertinya nggak Sher. Dia temanku mengajar anak-anak jalanan. Aku sangat kagum dengan dirinya sudah lama sekali. Dia orang yang sangat mandiri dan pekerja keras. Kupendam perasaanku dua tahun terakhir ini. Dan ternyata, kekagumanku di jawab dengan dipersatukannya kami dalam perjodohan yang sebelumnya aku tolak mentah-mentah. Sampai akhirnya kecelakaan ini menyadarkanku." "Apa dia juga menyukaimu?" "Iya. Kemarin dia mengatakan kepadaku. Sebenarnya dia telah meminta kepada pamannya yang kebetulan kenal dengan Bapak untuk mengatur perjodohan kami. Hehehehe, aku benar-benar terburu-buru dalam mengumbar pemberontakanku. Nyesel juga aku Sher." "Aku turut senang Dha. Kamu bahagia?" "Banget Sher. It just like my dream come true. hahahahahaha." Tawanya membahana. Senyum teduhnya tak lagi ada. Aku turut bahagia, tapi ada sedikit sayatan melukai hatiku. Entah apa itu aku tak tahu. "Oh ya Sher. Dia di taman belakang sedang ngobrol dengan Bapak. Aku kenalin ke kamu ya?" "Boleh." "Namanya sapa Dha?" "Mas Rendra." "Bentar ya Sher." Lanjut Aidha sambil memanggil kekasih hatinya. Tak lama berselang, muncullah sosok yang begitu memikat hati Aidha. Langkahnya tegap, berjalan penuh dengan kepercayaan diri. Sosok itu membuat mataku tak berkedip, bahkan mungkin jantungku tak berdetak. Walau tak tampan tapi dia sosok yang cukup mempesona. "Ya Allah.....ternyata dia." Jantungku mulai berdetak kencang. Sekencang kuda yang berlari dalam pacuan kuda. Aku benar-benar dibuat tak berdaya, sama tak berdaya nya seperti Aidha. Aidha yang telah jatuh cinta padanya. "Sher..." "Eh...iya Dha." "Kenalkan ini Mas Rendra." "Rendra." "Ehm....iya, saya Sheriska. Panggil aja Sher." "Sepertinya kita pernah ketemu ya mbak?" "Iya, sepertinya." "Tapi dimana ya? Aku lupa." Uh, bodohnya aku yang terus memikirkannya. Dia bahkan lupa dan tak ingat pertemuan kami dulu. Kenapa aku justru membuang-buang waktuku hanya untuk memikirkannya. Arrrgggggggh....bodohnya aku ini. "Sher......kok malah ngelamun?"Tanya Aidha menyadarkanku. "Ehm....ehm......aku juga lupa Mas Rendra kita ketemu dimana. Tapi sepertinya kita memang pernah bertemu." Aku terpaksa berbohong tak mengenalinya. "Udah-udah...nggak penting. Yang penting aku sudah mengenalkan calon suamiku ke kamu Sher, sahabatku. Dan juga sebaliknya." Aidha benar-benar bahagia. Bagaimana mungkin aku merusak kebahagiaan sahabatku demi egoku semata. Toh, Mas Rendra tak merasa jantungnya berdetak saat bertemu denganku. Dia juga tak merasa grogi di dekatku. "Ehm....Dha, aku pulang dulu ya." "Loh kok? Napa Sher?" "Aku lupa adikku pulang dari Jogja. Aku harus njemput dia di Bandara nih." "Oh, gitu ya. Ya udah. Ati-ati ya Sher." "Iya Mbak, ati-ati ya." Tambah Mas Rendra. "Eh …iya." Aku benar-benar grogi dibuatnya. Matanya benar-benar berkilauan mamancarkan pesona yang menghujam. Sepanjang perjalanan aku hanya sibuk memikirkan kenapa kejadiannya jadi serumit ini. Apa yang harus aku lakukan? Satu-satunya cintaku telah hilang. Terenggut oleh keadaan yang tak membolehkan aku untuk menggapainya. Aku bahkan tak sanggup melangkah hanya untuk ingin meraihnya. Sebuah dosa apabila aku menghancurkan kebahagiaan orang yang memberikan aku persahabatan tanpa cacat. Semua telah terjadi. Dan aku harus menerima kenyataan. Kenyataan bahwa aku telah kalah dalam pertarungan cinta ini. Cinta yang aneh, tapi aku benar-benar mengalaminya sekarang. Love at first sight. Kulajukan mobilku cepat-cepat. Ingin kuluapkan semua. Semua sesak di dada. Semua uneg-uneg yang ada. Kalaupun bisa, ingin kupecahkan kaca, kubuang semua benda-benda yang ada di sekitarku. Tapi apakah dengan begitu Mas Rendra akan berbalik mencintaiku? Sepertinya tidak. Bunga cinta yang baru kuncup, kini telah layu tak berkembang. Benih-benih cinta yang tumbuh telah tergerus oleh derasnya cinta yang lain. Bodoh, aku bodoh karena telah mencintainya. Cintaku telah hilang. Semangatku pun hilang. @@@ Kumatikan Handphone. Aku tak ingin ada seorangpun yang mengganggu aksi penyepianku. Aku tak ingin bertemu dengan siapapun. Termasuk juga Aidha. Ku lihat berita di tv. Ku ganti channel yang lain. Kuganti lagi sampai aku bosan. Lalu aku beranjak menyalakan laptopku untuk sekedar bermain game membunuh rasa jenuh dalam hati. Tapi tetap tak berhasil. Akhirnya, aku tertidur pulas diatas kasur yang sudah awut-awutan tak karuan. Aku tahu, inilah namanya patah hati. Makan tak enak, tapi beruntunglah tidurku masih nyenyak. @@@ Kartu undangan hari ini dibagikan. Aku mendapat jatah membantu membagikan ke teman-teman kerja di kantor. Tak kurang dari 50 undangan diserahkan Aidha kepadaku. "Sher, tolong ya bagikan ini ke teman-teman. Hari ini aku harus mengurus pengiriman undangan buat teman-temanku yang diluar kota." "Iya Dha. Nanti kubagikan buat mereka." "Sher, kamu nggak lagi sakit kan?" "Ehm...nggak kok Dha." "Ya udah, aku pulang dulu ya." Ingin rasanya ku robek-robek surat undangan pernikahan yang kugenggam erat di tanganku itu. Tapi, apa daya. Kebaikan Aidha selama ini membuatku tak kuasa melakukan kejahatan ini. It's not allowed. Pikirku. Kubaca dengan seksama undangan yang ditujukan padaku. "22 September 2009 jam 09.00 WIB." "Tepat, seminggu lagi pernikahan itu akan berlangsung. Timbul rasa iri dalam hatiku. Kenapa Aidha yang cantik itu mendapatkan semua yang aku mau. Keluarga yang utuh, kecantikan, karier yang bagus, dan tentu saja mendapatkan Mas Rendra. Sedangkan aku, aku hanya mempunyai seorang adik tiri dan orang tua yang sibuk dengan kesibukannya, aku tak secantik Aidha, karierkupun tak semulus dirinya dan yang pasti aku tak bisa mendapatkan Mas Rendra." Dengan langkah malas dan raut muka yang acak-acakan aku membagikan undangan Aidha. "Kok kucel amat mukamu Sher, bukannya kamu harusnya senang. Sahabatmu kan mau nikah." Tegur seorang teman. "Hem." Jawabku malas. Merekapun ikut-ikutan malas menegurku. Tapi aku tak peduli. Beginilah perilaku orang yang patah hati. Tak lagi ramah dan menyenangkan buat orang lain. Tak kurang dari 30 menit aku sudah selesai membagikan undangan itu. Tanpa senyum. Tanpa kata. Aku cuma memberikan sesuai dengan nama yang tertera, terserah mereka mau datang atau tidak. Toh, apa perduliku. @@@ Malam ini aku tak bisa tidur. Aku benar-benar kepikiran tentang pernikahan Aidha yang akan dilangsungkan besok. Aku tak membantu, tapi justru berkutat dengan komputerku. Mengutak-atik yang tak jelas ujungnya. Tiba-tiba pintu digedor-gedor keras. "Duk...duk...dukdukduk..." "Iya bentar. Siapa sih malam-malam gini juga, kok malah bertamu." Aku tersentak ketika Aidha terlihat begitu marah dihadapanku. Wajah Aidha yang biasanya ramah tak lagi kukenal kini. "Maksudmu apa sih Sher?" "Apa gimana?" "Kamu ngapain di rumah? Kamu nggak seneng ya aku menikah?" "Senang??" "Iya Sher. Bukankah kita bersahabat." "Dulu ya. Sekarang aku nggak tahu lagi Dha."ucapku ngelantur dan pasrah. "Apa maksudmu? Sudah 5 hari ini kamu nggak kelihatan. Ku telepon nggak pernah aktif. Aku butuh kamu Sher. Aku ingin kamu juga ikut bahagia di pernikahan sahabatmu ini. Itupun kalau kamu masih menganggap aku sebagai sahabat." Aidha pun ikut-ikutan pasrah. "Bahagia?? Dha, mana mungkin aku bisa bahagia melihat kamu bersanding dengan Mas Rendra?" Aidha terpaku. Bibirnya tak sanggup berkata apa-apa. Dia gemetar tak sanggup menghadapi apa yang sebenarnya terjadi. "Ya Allah.....kamu cemburu Sher?" "Iya!!! Puas!!!!". teriakku keras. Aidha menciut. Kulanjutkan lagi kata-kataku yang terputus. "Iya, aku memang cemburu. Kamu punya segalanya, keluarga yang utuh, kecantikan, karier. Setelah itu satu-satunya harapanku untuk mendapatkan satu-satunya cinta yang baru kurasakanpun hilang kau rampas. Mana mungkin aku bisa bahagia Dha??" "Kenapa kamu nggak pernah bilang kalau kamu mengenal dan bahkan mencintai Mas Rendra? Kenapa!!" gantian Aidha membentakku. "Buat apa?? Kalau aku bilang, apa kamu akan memberikannya padaku?? Nggak kan Dha. Aku memang baru sekali bertemu dengannya. Tapi aku telah merasa bahwa dari tulang rusuknyalah aku terbuat. Dialah jodohku. Aku juga tak tahu kenapa Dha. Perasaanku tak dapat berbohong kalau aku mencintainya pada pandangan pertama." "Tidak!! Mas Rendra adalah jodohku Sher! Bukan jodohmu!! Kamu mungkin hanya kagum, bukan cinta." "Kamu kira teriakan dan undangan pernikahan yang kamu gembar gemborkan selama ini tak membuat kesedihanku semakin menyayat Dha!Aku benar-benar mencintainya Dha. Aku yakin perasaan ini bukan kagum semata." Aku meluap-luap. Akhirnya dadaku terasa lega. Paling tidak kemarahanku telah kukeluarkan semua. Aku benar-benar puas. Aku menangis. Aidha terdiam. Berfikir. Atau mungkin tak percaya dengan yang terjadi, tak tahulah aku. "Kamu iri Sher!" "Nggak!!" "Iya, kamu iri. Tahu nggak Sher, kamu benar-benar telah iri padaku." nada Aidha mulai pelan. "Nggak!!! Enggak !! enggak!! Aku nggak iri Dha!!" aku semakin membentak Aidha. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya yang terputus dengan isak tangisnya. "Kamu iri Sher. Kamu nggak boleh gini. Belajarlah bersyukur atas apa yang kamu punya dan janganlah memusingkan apa yang orang lain punya Sher. Tuhan itu adil Sher, Tuhan itu adil. Aku bukanlah orang yang sempurna, sesempurna yang kamu bilang tadi. Tak selamanya rumput tetangga lebih hijau Sher. Dia terlihat hijau, hanya karena kamu memandang dari kejauhan. Sher, belajarlah untuk mensyukuri apa yang kamu punya. Keluarga, karir, kecantikan, dan sahabat. Walau tak sempurna, tapi selama ini bukankah kamu bahagia?? Terus terang aku kecewa Sher. Aku kecewa karena aku telah menganggap kamu sebagai sahabat terbaikku. Dan kamu menghancurkan semuanya." Aidha beranjak dari tempatnya berdiri dan meninggalkanku dalam sepi. Tanpa sepatah katapun yang tersisa. Aku terduduk dalam diam dan penyesalan. Aku sadar bahwa aku tak hanya kehilangan Mas Rendra, tetapi juga Aidha, satu-satunya sahabat yang kupunya. @@@ Pernikahan yang megah, meriah. Nuansa Ungu mendominasi. Ungu adalah warna kesukaanku. Sedangkan Aidha sangat membenci warna ungu. Ah, ternyata aku benar-benar mempunyai sahabat yang baik. Bahkan dalam hari spesialnya dia sengaja menyelipkan sesuatu yang aku suka. Tapi aku telah mengecewakannya. Tamu-tamu berdatangan dengan pasangan masing-masing. Sedangkan aku cuma sendiri. Berada di sudut, sendiri. Aku tak berani menampakkan wajahku di hadapan Aidha. Aku malu telah menodai persahabatan yang telah terjalin lama ini. Dari kejauhan kulihat wajah Aidha yang begitu sumringah bersanding dengan Mas Rendra. Aidha tampak cantik, Mas Rendra terlihat gagah. Dan mereka tampak bahagia. "Kalian memang pasangan yang serasi."ucapku. Ada perih dalam kalbu. Ada juga penyesalan yang menyelinap. Aku telah khilaf dan terperdaya nafsuku sendiri. Aku hanya menitipkan sebuah kado untuk Aidha, kemudian berlalu dari kehidupan mereka untuk selamanya. "Untuk sahabatku tersayang, Aidha Nailamaya : "Aku adalah wanita lemah yang telah dikalahkan oleh nafsu yang menghancurkan persahabatan kita. Maafkan aku Dha. Dan terimakasih untuk semua. Untuk persahabatan yang pernah ada. Aku cuma bisa berikan foto kita berdua. Yang akan menjadi saksi bahwa kita pernah menjadi sahabat setia. Dan kamu akan tetap menjadi sahabat di hatiku. Selamanya.............Dan aku akan berjanji untuk lebih bersyukur atas apa yang aku punya tanpa memusingkan apa yang orang lain punya, Seperti yang kamu bilang kemarin. Agar aku bisa berbahagia seperti kamu dan Mas Rendra. Semoga kamu bahagia Dha..... Dari yang menyayangimu selalu : Sheriska Anastasha" Semua yang terjadi membuatku sadar bahwa aku telah lalai mensyukuri nikmatNya. Bahwa sesungguhnya akupun memiliki sesuatu yang tak dimiliki Aidha, yakni aku memiliki sahabat sebaik Aidha. ***THE END*** Pesan Tulisan = Bahwa persahabatan itu tidak boleh tergadaikan dengan cinta. semuanya bisa dibicarakan,,agar bisa berjalan dengan menyenangkan. tidak ada yang terlukai. Penulis, Nama : Dwi Ningsih (Duinatha) E-mail duinatha@gmail.com E-mail facecook : get_dbest@yahoo.co.id alamat ym : get_dbest Tempat tinggal : Jl. Bimosari No. 221 Yogyakarta/ Gulang Rt 2 RW 4 Kec. Mejobo Kudus Jateng |
You are subscribed to email updates from Cerita Cinta To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |